Kamis, 15 April 2010

PENGAMATAN SEL MONONUKLEAR PADA REAKSI HIPERSENSITIVITAS KONTAK

PENGAMATAN SEL MONONUKLEAR PADA REAKSI HIPERSENSITIVITAS KONTAK

7 Desember 2009 oleh belind

INTISARI

Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir ini. Respon imun, baik nonspesifik maupun spesifik pada umumnya menguntungkan bagi tubuh karena bersifat protektif, namun dapat pula menimbulkan hal yang merugikan berupa reaksi hipersensitivitas. Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Reaksi hipersensitivitas terdiri atas berbagai kelainan yang heterogen. Aloe vera dapat menyebabkan hipersensitivitas jika digunakan secara berlebihan atau karena reaksi imunitas yang berlebihan. Tujuan praktikum ini adalah supaya mahasiswa mampu mengamati perubahan sel mononuklear pada reaksi hipersensitivitas kontak.

Empat preparat (preparat kontrol, preparat perlakuan dengan aloe vera 25%, 50%, dan 100%, ) diamati 5 lapang pandang dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Hasil pengamatan tersebut dirata-rata dan dianalisis mengenai hasil data jumlah sel mononuklear sesuai data yang telah diperoleh. Dari hasil praktikum didapatkan rata-rata hasil pengamatan sel mononuklear semakin tinggi pada konsentrasi aloe vera yang lebih besar. Hal ini menunjukkan terdapat reaksi hipersensitivitas kontak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aloe vera merupakan antigen yang dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas kontak jika digunakan secara berlebihan.

Kata Kunci : hipersensitivitas, aloe verra, mononuklear

PENDAHULUAN

Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir ini. Alergi tampaknya dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak dan perilaku seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, gangguan tidur, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi, hiperaktif (ADHD) hingga memperberat gejala Autisme.

Respon imun, baik nonspesifik maupun spesifik pada umumnya menguntungkan bagi tubuh karena bersifat protektif, namun dapat pula menimbulkan hal yang merugikan berupa reaksi hipersensitivitas. Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Reaksi hipersensitivitas terdiri atas berbagai kelainan yang heterogen (Bratawidjaja dan Rengganis, 2009).

Hipersensitifitas tipe lambat merupakan bagian dari respon imun seluler, yaitu terjadinya peningkatan aktifitas limposit-T CD4+ dan limposit-T CD8+ sitotoksik serta sel pembunuh yang memusnahkan makrofag setempat, jaringan sekitar dan perkijuan (Nofareni, 2003). Reaksi hipersensitivitas menurut Gell dan Coombs’ dibedakan menjadi empat tipe reaksi. Tipe I merupakan reaksi anafilaksis atau reaksi tipe cepat dengan perantara Ig E yang dikeluarkan dari sel mast dan basofil. Sering berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi dari ketidaknyamanan sampai kematian. Tipe II merupakan reaksi sitotoksik, muncul ketika antibodi melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran. Hal ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik dengan perantara Ig G dan Ig M. Tipe III merupakan reaksi imun kompleks dengan perantara Ig G dan Ig M. Tipe IV merupakan reaksi tipe lambat (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan waktu antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam berbagai autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga ikut serta dalam contact dermatitis. Reaksi tersebut ditengahi oleh sel limfosit T, monosit dan makrofag (Anonim, 2009; Vervloet, 1998).

Makrofag mempunyai peran pusat dalam tanggapan imun spesifik karena sel inilah yang mengolah dan menyajikan benda asing sebagai antigen ke sel-sel yang membuat antibodi, yaitu limfosit B yang bekerja atas bantuan limfosit T (Sadikin, 2001). Limfosit memegang peranan penting dalam respon imun spesifik, karena sel-sel tersebut dapat mengenal setiap jenis antigen, baik antigen yang terdapat di intraselular maupun ekstraselular (Damayanti, 2004).

Dikenal beberapa jenis reaksi hipersensitivitas tipe lambat diantaranya adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak ditandai dengan terjadinya peradangan kulit (inflamasi) setelah terpapar oleh bahan alergen. Dermatitis kontak sering dijumpai sebagai reaksi radang terhadap berbagai bahan kimia seperti tanaman dan obat-obatan. (Nurainiwati, 2003). Reaksi hipersensitivitas kontak ini melibatkan gangguan respon imun seluler sehingga gambaran histopatologisnya menunjukkan infiltrasi sel-sel mononuklear (Subowo, 1993). Pengaktifan respon imun seluler (cell-mediated immunity/CMI) oleh alergen akan merangsang proliferasi limfosit (Lehner,1995).

Menurut Syaqwie (1992) Aloe vera dapat menyebabkan hipersensitivitas jika digunakan secara berlebihan atau karena reaksi imunitas yang berlebihan. Reaksi hipersensitivitas yang tertunda menyebabkan eritema dan indurasi yang tampak beberapa jam dan mencapai keadaan maksimal setelah 24-48 jam (Barber, 1977).

Praktikum dilaksanakan dengan tujuan supaya mahasiswa mampu mengamati perubahan sel mononuklear pada reaksi hipersensitivitas kontak.

BAHAN DAN CARA

Praktikum ini membutuhkan peralatan seperti mikroskop, preparat kontrol dan preparat perlakuan dengan aloe vera 25%, 50%, dan 100%, serta alat tulis. Kemudian masing-masing preparat diamati 5 lapang pandang dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Hasil pengamatan tersebut dirata-rata dan dianalisis mengenai hasil data jumlah sel mononuklear sesuai data yang telah diperoleh.

HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Rata-rata hasil penghitungan sel mononuklear dan PMN
No. Preparat Rata-rata sel mononuklear Rata-rata sel PMN
1.

2.

3.

4.
Kontrol

Aloe vera 25%

Aloe vera 50%

Aloe vera 100%
0.73

1.8

2.93

5.3
0.53

1.2

2.2

1.8

PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum didapatkan rata-rata hasil pengamatan sel mononuklear semakin tinggi pada konsentrasi aloe vera yang lebih besar. Hal ini menunjukkan terdapat reaksi hipersensitivitas kontak yang ditunjukkan dengan adanya gangguan respon imun seluler sehingga terjadi infiltrasi sel-sel mononuklear (Subowo, 1993). Pengaktifan respon imun seluler (cell-mediated immunity/CMI) oleh alergen akan merangsang proliferasi limfosit (Lehner,1995).

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:

1. Semakin tinggi konsentrasi aloe vera yang digunakan semakin banyak sel mononuklear yang ditemukan (konsentrasi aloe vera berbanding lurus dengan jumlah sel mononuklear).
2. Aloe vera merupakan antigen yang dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas kontak jika digunakan secara berlebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar